Selasa, 29 Januari 2019

Produktivitas Menyulam "Aksara Tanpa Titik"



Cerita-cerita di dalam kumpulan cerpen ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, sekaligus empuk untuk dibaca bahkan untuk berkali-kali. Membacanya seperti sedang berbincang dengan sahabat dekat dan ditemani makanan favorit. Kita bisa memahami cerita dengan mudah, sekaligus merasakan pesan yang ingin disampaikan penulis dengan tidak kentara. Cinta, keluarga, dan menulis, jika Anda gemar menulis, maka tema apa lagi yang lebih dekat daripada itu?
—Berry Budiman (Founder Lokerkata.com)

Kumpulan cerpen yang hangat dan menyentuh. Ketika membacanya, saya seolah sedang menyaksikan beragam kisah tentang cinta, pengharapan, dan pengorbanan. Bahasa yang mudah dipahami juga membuat saya terhanyut dengan kisah-kisah yang ada, seperti "Aksara Tanpa Titik" yang membekas di benak saya bahkan hingga akhir cerita.
—Triandira

Kumpulan cerita-cerita yang mudah dipahami dan menarik untuk terus membaca hingga ending. Selalu ada kejutan di setiap kisahnya. Penulis mampu menggambarkan adegan yang terasa nyata saat dibaca. Saat membaca "Setiap Purnama", jantung saya hampir dibuat dag-dig-dug.
—Veronica Za

Cinta, cinta dan cinta, selalu mengisahkan alinea yang menciptakan rona. Namun di tangan penulis telaten ini cinta menjadi berbagai warna. Pengorbanan, penghianat juga jalan kembalinya cinta. Bahasanya puisitis namun mudah dipahami. Apik dan membawa pembaca serasa ada pada latar cerita.
—Evamuzy

Aroma cinta yang selalu membumbui kumpulan cerpennya membuat pembaca hanyut dalam cerita. Penulis yang keren ini selalu mampu membuka cerita dengan berbagai warna. Pembaca seakan tenggelam dalam kisah cinta yang disajikan, bahasanya pun mudah dipahami.
—Asrunalisa

Dengan mengangkat tema cinta, kumpulan cerita yang dibawa sangat sederhana namun meninggalkan kesan yang mendalam. Penulis yang satu ini sangat pandai membuat pembaca terkesima di setiap kalimat-kalimatnya. Cerpen yang sangat menarik hati saya yaitu cerpen berjudul "Pulang", konflik yang sederhana dikemas dengan manis dan sentuhan ending yang membuat pembaca berdecak kagum.
—Nurul Istiya

Cerita sederhana dengan nilai moral yang sangat apik. Itulah yang terbesit di pikiran saya saat membaca cerpen yang berjudul "Memilih Takdir". Bagi penulis, keberhasilan apalagi selain cerita yang ia tulis mampu membuat para pembaca tersadar dan berucap, "This is a right."
—Eni Ernawati

Sederhana, mengalir, tersembunyi, dan selalu memberikan kejutan di akhir ceritanya. Penulis seolah meminta pembaca untuk memaknai betul-betul tiap kalimat untuk memahami 'ending' dari masing-masing cerita. Saya tidak dapat melupakan paradoks yang terjadi pada cerpen "Pulang".
—Devin Elysia Dhywinanda


Saya sadar betul kalau dalam menulis dibutuhkan produktivitas. Tanpa itu, mungkin saya tidak akan menciptakan satu karya apa pun. Pasalnya, saat saya memilih meliburkan diri dari ranah produktivitas, perlahan ketertarikan saya terhadap satu hal malah luntur. Saya kehilangan minat, dan jadilah saya mulai merindukan kebaruan dalam hidup saya. Dalam keseharian saya.

Ya, tentu saja ini adalah hal yang alami, terlebih buat saya. Kehidupan monoton sudah begitu sering saya cicipi, sehingga saya tidak ingin berada dalam ruang lingkup yang itu-itu saja. Menulis, menulis, dan menulis lagi. Ah, betapa saya sempat menyadari atau memikirkan hal seperti ini selama dua bulan belakangan. Saya jenuh terhadap menulis. Saya ingin berhenti sejenak, mencari hal baru yang menantang saya untuk memperlajarinya dari awal, padahal menulis saja saya belum becus.

Selagi saya buntu karena meliburkan diri, teringatlah saya kepada seorang kawan yang bisa dibilang cukup senior dalam dunia kepenulisan dibanding saya. Saya suka pada sosoknya yang meski sudah berusia sebaya dengan ibu saya, meskipun memiliki bergudang aktivitas, beliau begitu aktif menulis. Setiap hari ada saja karya yang dibuatnya terlepas itu berarti harus dikuliti atau sudah bersih. Namun saya salut, beliau lebih suka jika karyanya dikuliti, jika bisa sampai bersih. Sungguh semangatnya memercikkan api di dada saya. Membuat saya berpikir untuk mengisi blog ini dengan minimal satu tulisan per dua harinya. Masih terbilang malas memang, tetapi biarlah. Hitung-hitung melatih diri untuk kembali produktif lagi.

Lantas kemarin, pada minngu ketiga bulan ini, buku kumpulan cerpen "Aksara Tanpa Titik"-nya sampai di kediaman saya. Buku yang menyuguhkan 20 cerpen bertemakan cinta yang beragam. Tentu ada banyak hal tentang cinta yang bisa kita amati dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas apakah cinta kepada lawan jenis, keluarga, ataupun cinta kepada hal lainnya.

Hal-hal sederhana yang bersumber dari mana pun bisa kita jadikan inspirasi dalam menulis, terutama untuk tema “cinta” yang begitu dekat dengan kita. Dalam buku ini perihal cinta disuguhkan dengan banyak sudut pandang juga beberapa kisah di antaranya dipetik oleh Mbak Susi Respati Setyorini dari kisah nyata.

Penyuguhan ceritanya pun yang menyenangkan. Penulis membawa kita untuk masuk ke dalam cerita. Tidak hanya menginspirasi melainkan menuntun kita dengan begitu lembut untuk menyerap pesan-pesannya di dalamnya: baik yang tersurat maupun tersirat. Selain itu, setiap kali saya melihat buku ini, maka saya tidak hanya akan mengingat 20 cerpen yang ada di dalamnya, tetapi saya juga melihat sosoknya yang antusias, ceria, hangat, dan membawa saya pada titik satu setengah tahun lalu. Ketika saya baru pertama terjun ke dunia menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar