Saya sering bertanya-tanya, kenapa
beberapa orang yang saya kenali sering kali memiliki tatapan curiga. Menatap
teman seperjuangannya atau teman ngobrolnya seolah-olah mereka tidak aman.
Begitu berjaga-jaga kalau saja ada pisau yang ditusukkan kepada mereka tanpa
mereka sadari. Padahal yang saya lihat semuanya baik-baik saja. Tidak ada
gerakan mencurigakan. Kalaupun ada, ya paling saya biarkan. Toh, semua orang
sering kali bersikap tidak sesuai dengan apa yang diucapkannya atau isi hatinya
tidak sesuai dengan apa yang ditampilkannya. Itu lumrah saja!
Sayangnya mungkin tidak semua orang
menganggap hal tersebut lumrah. Ada banyak orang yang membesar-besarkan perkara
yang sebenarnya tidak asing. Perkara yang sudah menjadi rahasia publik.
Kemudian mereka mulai kehilangan pandangan jernih dan memiliki tatapan curiga.
Kepada satu orang, dua orang, dan akhirnya mereka mencurigai semua orang.
Bertanya-tanya apakah orang-orang yang ada di samping mereka adalah orang-orang
yang tepat. Lantas mereka mulai bertingkah seperti detektif. Mencari tahu
tentang ini dan itu. Mendeteksi segala kemungkinan, yang sebenarnya itu hanya
untuk memuaskan imajinasi mereka saja.
Jujur saja, dalam berteman saya tidak
terlalu pusing tentang seperti apa teman saya. Apakah dia orang yang baik. Dari
keluarga baik. Punya riwayat hidup yang baik. Saya lebih suka mengabaikan semua
itu. Berteman ya berteman. Jika mereka bercerita atau ada hal buruk pada diri
mereka, selama itu tidak merugikan saya, maka saya terima saja. Namun lain lagi
ceritanya jika teman saya sudah berlaku tidak baik (tidak baik dalam kadar yang
saya tentukan), maka saya tidak banyak protes. Hanya mengangguk, lantas tidak
lagi menjalin komunikasi atau hal lainnya. Paling basa-basi di awal dan
kemudian menghilang. Ya, sama seperti sikap saya kepada para mantan. Nah lho?
Bohong-bohong.
Lagi pula tidak ada faedahnya juga
mendeteksi hal-hal seperti ketulusan orang lain, apakah orang ini baik atau
buruk, dsb. Menurut saya itu hanya buang-buang waktu. Baik-buruk, peduli-tidak
peduli, jujur-bohong, semua itu sangatlah beda tipis. Mereka dipisahkan dengan
sehelai benang. Kalau benangnya putus, ya bukan tidak mungkin setiap sisinya
akan berseberangan. Dan saat kita sibuk mendeteksi, ternyata yang tulus sudah
berpindah kepada yang tidak tulus, yang jujur sudah berpindah kepada yang
bohong, yang peduli sudah menjadi tidak peduli. Atau malah sebaliknya. Yang
bohong sudah menjadi jujur, yang tidak tulus sudah menjadi tulus, yang tidak
peduli sudah belajar peduli.
Ah, bikin pusing saja.
Ada begitu banyak kerumitan yang kadang
dipilih orang-orang, padahal ada lebih banyak hal yang hanya perlu dijalani.
Tidak usah ambil pusing. Tidak perlu ditelaah lebih dalam karena bisa jadi kita
malah mengurangi nilai-nilai di dalamnya (yang entah; saya sendiri tidak tahu).
Kita tidak sedang melakukan hal-hal berbau agama yang memang ada begitu banyak
aturan. Ini boleh dan itu tidak boleh. Ini dosa dan itu tidak berdosa. Jika
memang suatu hal bisa dilakukan dengan cara dijalani, kenapa tidak dilakukan
saja?
Berteman sajalah! Tidak perlu ambil
pusing tentang siapa yang menjadi temanmu. Tidak perlu juga mendeteksi apakah
dia berteman denganmu tulus setulus-tulusnya kamu ingin berteman dengannya. Dan
lagi, sebenarnya yang menjadi pertanyaan adalah apakah kamu benar-benar orang
yang tulus? Kamu benar-benar orang yang sedang kamu cari di dalam diri orang
lain?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar